Kamis, 07 November 2013

Berendam air panas ala Gunung Pancar

Pemandian Air Panas Gunung Pancar
Berusaha memahami kehidupan metropolitan yang minim hiburan alam. Bisa dimaklumi jika jalur menuju puncak selalu ramai tiap akhir pekan, bahkan bisa dibilang sudah tidak memenuhi daya tampungnya. Sejak tinggal di pinggiran ibu kota tiga tahun yang lalu, aku yang terbiasa dengan kehidupan tanah jawa (walau jakarta juga masuk pulau jawa, tetapi itu sebutan umum buat daerah selain wilayah ibu kota dan Jawa Barat yang disebut tanah sunda) cukup merindukan wisata alam terlepas dari mulai terbiasanya dengan wisata "mall". Macetnya perjalanan menuju puncak Bogor selalu mengurungkan niat untuk kesana,karena dengan kondisi tersebut bukannya refreshing yang didapat. Sebagai hasilnya, justru lebih sering berdiam diri di rumah.

Sebagai alternatif hiburan, Tidak jauh dari pusat kota Jakarta, tepatnya di desa citeureup, Kabupaten Bogor terdapat mata air Gunung Pancar namanya. Aku mendengarnya dari beberapa teman. Tidak ada salahnya dicoba, bertepatan dengan adanya libur hari raya islam kemarin, sekeluarga menyempatkan diri meluncur ke lokasi. Menuju pemandian air panas gunung pancar bisa melalui kawasan Sentul City, perumahan mewah yang terletak di kawasan Kabupaten Bogor. Tepat pintu masuk Jungleland, theme park baru yang sayang sekali belum mencobanya karena masih baru, kita ambil belokan ke kanan. Jalan menuju lokasi tidak terlalu jauh dari kawasan perumahan, dengan lebar jalan yang "ngepres buat dua mobil" dan kadang berlubang memang tidak begitu nyaman. Setelah sekitar 10 menit, gerbang pertama (karena akan ada yang kedua) menampakkan diri. Di gerbang pertama ini kita diminta membayar sejumlah Rp.10.000,- untuk tiga orang, berbeda dengan tulisan di papan yang menjelaskan bahwa biaya masuk kawasan Rp.2.000,- orang itupun tanpa tanda bukti. Mungkin ini salah satu modus premanisme jenis baru. Hehe. Dari gerbang pertama, kita sudah masuk ke kawasan hutan pinus yang sangat teduh dan fotogenic di lokasi itu disediakan juga tempat duduk sederhana bagi yang ingin menikmati keindahan pohon pinus dan udara yang mungkin sedikit lebih segar dari ibukota. Keluar dari hutan pinus, kita menemukan gerbang kedua yang merupakan gerbang obyek wisata Gunung Pancar. Biaya masuk per orang adalah Rp.10.000,- tertera di papan dan disertai tanda bukti. Setelah masuk gerbang, sayang sekali lokasi parkir dan kondisi jalannya masih berbatu. Lokasi parkir ada dua yaitu di bagian atas (aku parkir disini karena ketidaktahuan) dan bawah yang melewati turunan agak tajam dengan jalan berbatu (mungkin memang tidak ditakdirkan buat mobilku yang berupa sedan). Lokasi parkir di bagian bawah langsung terhubung dengan jalan menuju pemandian air panas. Setelah melihat-lihat lokasi, ternyata pemandian air panas gunung pancar terbagi dalam dua kategori yaitu bisa diibaratkan kelas ekonomi dan kelas premium. Kelas ekonomi terletak di bagian bawah kanan dari lokasi parkir. Jalan menuju ke pemandian berupa jalan berbatu dan tangga, pemandian disini bisa memanfaatkan kolam umum yang dibagi dua bagi wanita dan pria atau menggunakan pemandian tertutup serupa kamar mandi yang tersedia disana. Saung dan warung untuk duduk-duduk juga disediakan. Sedikit berbeda dengan pemandian air panas di Ciater, di lokasi ini airnya sedikit keruh. 



Kamar mandi dengan fasilitas air panas
Sebagaimana aku sebutkan tadi, selain lokasi itu yang berkategorikan ekonomi, kelas premium terletak di bagian kiri tempat parkir. Lebih tertata rapi, lokasi pemandian dikelola dengan lebih baik. Terdapat kolam-kolam kecil bersekat bagi keluarga yang bisa diisi oleh sekitar tiga orang dan kolam besar yang bisa digunakan lebih banyak orang. Selain itu di lokasi ini juga terdapat toko bagi yang tidak menyiapkan pakaian ganti dari rumah dan restaurant. berbeda fasilitas berbeda pula harga yang harus dibayar. Kelas ekonomi, tiket yang dibayar di awal ketika digerbang sudah termasuk pemandiannya sehingga masuk lokasi ini tidak perlu membayar lagi. Berbeda dengan kelas ekonomi, premium perlu membayar lagi untuk mendapatkan fasilitas lebih, untuk kolam keluarga dikenakan biaya Rp.100.000,- / jam. Walau dirasa cukup mahal, dengan fasilitas tersebut tentunya keluarga lebih nyaman dan bisa digunakan bergantian jika anggota keluarga lebih dari tiga. Anjuran yang tertera pada tiket menyebutkan untuk mendapatkan manfaat kesehatan, lama berendam yang disarankan adalah 30 menit saja. Jadi kenapa harus bayar lebih dari itu.


Pemandian Air Panas untuk Keluarga dengan Sekat Tembok Batu
Jadi bagi yang mencari alternatif baru untuk wisata keluarga yang tidak jauh dari ibu kota dan tidak terlalu macet aku rasa pemandian gunung pancar bisa menjadi pilihan. Kalaupun tidak mandi, lokasi wana wisata hutan pinus bisa jadi pilihan bagi yang bosan melihat hutan beton. Selain itu bagi yang mempunyai kelapangan dalam segi finansial juga punya pilihan lain di lokasi ini yaitu bisa memanfaatkan fasilitas yang disediakan oleh Giri Tirta Hotspring Resort and Spa yang tidak jauh dari lokasi. Tentunya ada harga ada rupa, dengan harga yang pantas anda akan menemukan penginapan yang nyaman dilengkapi dengan pemandian air panas yang dikelola dengan baik. Semoga dengan meningkatnya minat wisatawan, obyek wisata tersebut semakin baik dalam pengelolaannya dan penyediaan fasilitas :). Oh ya, obyek wisata ini juga tidak mengenal jam kunjung, alias 24 jam dan 7 hari dalam seminggu. Katanya kalau tengah malam pada malam tertentu justru ramai, entah apa yang dicari. Coba saja anda selidiki.. hehe
Kolam air panas untuk umum (non private)
Post Scriptum : Saat tulisan ini ditulis, penulis sendiri belum mencoba berendam di lokasi, baik yang kelas ekonomi maupun premium karena keterbatasan waktu. Paling tidak ini sebagai informasi awal bagi yang ingin berkunjung. :)


Bagi yang membutuhkan informasi lebih dapat mengunjungi artikel lain berikut :
http://id.wikipedia.org/wiki/Gunung_Pancar
http://travel.detik.com/read/2013/01/23/171043/2150960/1383/akhir-pekan-paling-hangat-di-pemandian-gunung-pancar-bogor
http://jalan2.com/city/bogor/taman-wisata-alam-gunung-pancar/
http://pesonawisatabogor.blogspot.com/2013/08/air-panas-gunung-pancar.html

Untuk memudahkan anda menemukan lokasi Obyek Wisata Alam Gunung Pancar atau mengetahui lokasinya anda dapat memanfaatkan Google Maps dengan klik pada tautan lokasi di bawah artikel ini.

Minggu, 03 November 2013

Bagan Siapi Api, The City of Light


Kelenteng In Hok Kiong di Pusat Kota Bagansiapiapi


Menempuh kurang lebih 6-7 jam dari kota pekanbaru, travel L300 telah memasuki kota Bagansiapiapi. Jalan yang tidak begitu lebar namun rapih dan bersih menyambutku. Bangunan pemerintahan yang unik dengan beberapa kubah seperti di masjid mendominasi pemandangan awal memasuki kota Bagansiapiapi. Pusat kotanya sendiri juga tidak terlalu ramai dengan bangunan-bangunan bertingkat yang banyak digunakan untuk menghasilkan air liur walet.


Bagansiapiapi pasti tidak terdengar asing bagi mayoritas masyarakat Indonesia, hal ini karena nama kota tersebut masuk dalam kurikulum pendidikan kita. Jujur saja ketika mendengarnya lagi, aku tidak ingat kenapa kota itu masuk dalam pelajaran sekolah dulu.hehe begitu masuk dalam travel menuju Bagan (red: Bagansiapiapi) dari Pekanbaru, Provinsi Riau kusempatkan bertanya kepada simbah gugel untuk mencari tahu apa alasannya. Baru kuketahui kalau Bagansiapi menjadi begitu pantas masuk dalam pelajaran IPS karena waktu itu kota ini merupakan kota penghasil ikan terbesar kedua di dunia. Iya di dunia! bukan di Indonesia, kota ini berada di urutan kedua setelah salah satu kota di Norwegia. Bagaimana bisa? Itu menjadi pertanyaanku ketika itu. Mengapa bukan kota besar dengan pelabuhannya seperti Jakarta dengan Sunda kelapa, Semarang dengan Tanjung emasnya atau Surabaya dengan Tanjung peraknya?. Pada tahun 1928, Surat kabar De Indische Mercuur menulis bahwa Bagansiapiapi adalah kota penghasil ikan terbesar kedua di dunia setelah kota Bergen di Norwegia sehingga waktu itu kota ini dijuluki kota ikan. Dengan berkembangnya perikanan pada waktu itu, bahkan pada tahun 1934, Bagansiapiapi telah memiliki fasilitas pengolahan air minum, pembangkit tenaga listrik dan unit pemadam kebakaran. Karena kemajuan yang dicapai kota ini dibandingkan daerah-daerah lain di afdeeling Bengkalis (waktu itu Bagan masih masuk dalam Kabupaten Bengkalis, saat ini merupakan bagian Kabupaten Rokan Hilir). Bagansiapiapi waktu itu juga mendapat julukan Ville Lumiere (Kota Cahaya) karena dibanding kota-kota terdekat lainnya kota bagansiapiapi terlihat terang benderang karena kemajuannya. 


Suasana Kota Bagansiapiapi


Menelisik nama kota cahaya memang pantas disandang oleh Bagansiapiapi dari asal namanya. Alkisah diceritakan asal mula nama kota erat kaitannya dengan cerita awal kedatangan orang Tionghoa ke kota itu. Disebutkan bahwa orang Tionghoa yang pertama sekali datang ke Bagansiapiapi berasal dari daerah Songkhla di Thailand. Mereka sebenarnya adalah perantau-perantau Tionghoa yang berasal dari Distrik Tong'an (Tang Ua) di Xiamen, wilayah Provinsi Fujian, Tiongkok Selatan. Konflik yang terjadi antara orang-orang Tionghoa dengan penduduk Songkhla, Thailand kelak menjadi penyebab terdamparnya mereka di Bagansiapiapi.Pelarian tersebut dilakukan dengan menggunakan tiga perahu kayu (tongkang). entah bagaimana ceritanya pada akhirnya hanya satu tongkang yang selamat, Itu adalah tongkang yang dipimpin oleh Ang Mie Kui bersama 17 orang penumpang lainnya. Tongkang yang selamat ini kebetulan membawa serta patung Dewa Tai Sun Ong Ya yang diletakkan di bagian haluan dan patung Dewa Kie Ong Ya yang ditempatkan dalam magun/rumah tongkang. Menurut keyakinan mereka, patung-patung ini akan memberi keselamatan selama pelayaran itu. Petunjuk akhirnya diberikan oleh sang Dewa, setelah mereka melihat cahaya api yang berkerlap-kerlip sebagai tanda adanya daratan. Cahaya itu ternyata berasal dari kunang-kunang (si api-api) yang bertebaran di antara hutan bakau yang tumbuh subur di tepi pantai. Di daerah tidak bertuan inilah mereka mendarat dan membangun tempat pemukiman baru yang kemudian dikenal dengan nama Bagansiapiapi. Adapun kata bagan sendiri mengandung makna sebagai tempat, daerah, atau alat penangkap ikan. Versi lain mengenai asal usul nama Bagansiapiapi adalah kata Bagan yang berasal dari nama alat atau tempat menangkap ikan (yakni bagan, bagang, atau jermal), sementara api berasal dari nama pohon api-api yang banyak tumbuh di daerah pantai. Hingga saat ini wilayah pesisir Bagansiapiapi masih diselimuti oleh vegetasi tersebut karena memang dilindungi kelestariannya. 


Salah satu atraksi yang terkenal di kota ini adalah Go Cap Lak atau ritual bakar tongkang yang pada tahun ini dilaksanakan pada bulan Juni. Sayang sekali tidak datang pada saat itu. Walau disisi lain jika datang pada acara tersebut maka akan kesulitan memperoleh penginapan karena perhelatan tersebut dikunjungi oleh ribuan wisatawan baik lokal maupun mancanegara. Atraksi ini juga merupakan pariwisata andalan bagi pemerintah daerah. Tujuan dari Ritual Bakar Tongkang ini sendiri untuk mengenang para leluhur orang Tionghoa dalam menemukan Bagansiapiapi dan sebagai wujud syukur kepada Dewa Kie Ong Ya. 

Industri Galangan Kapal, Serpihan Kejayaan Masa Lalu


Cerita Bagansiapiapi sebagai kota penghasil ikan nomor dua di dunia saat ini hanya tinggal kenangan. Dari tutur nelayan setempat, produksi ikan Bagansiapiapi saat ini jauh dari masa itu. semakin lama pendapatan ikan semakin berkurang. salah satu penyebabnya adalah tingginya sedimentasi pada sungai-sungai yang mengalir kelaut sehingga baik sungai maupun laut sekitar Bagansiapiapi menjadi berwarna coklat keruh. hal ini tidak terlepas dari pembukaan lahan secara besar-besaran di bagian hulu sungai untuk alih lahan menjadi perkebunan. Walaupun begitu sampai saat ini Kota Bagan masih sebagai kota penghasil kapal-kapal kayu yang kemudian akan berlayar di pelosok nusantara.

Artikel Menarik Terkait Lokasi :

http://id.wikipedia.org/wiki/Bagansiapiapi
http://travel.detik.com/read/2013/05/24/104500/2253995/1025/bakar-perahu-tongkang-tradisi-unik-di-bagan-siapi-api
http://ekonomi.kompasiana.com/bisnis/2013/08/15/10-tahun-kedepan-bagan-siapi-api-akan-menjadi-kota-mati-581410.html
http://www.riaupos.co/11253-berita-batu-6,-kawasan-wisata-baru-kota-bagansiapi-api.html